Ekspor Keramik Ke Australia dan Srilangka Naik 10%


Information - Asosiasi Industri Keramik Indonesia (Asaki) mencatat sejak 2008 ekspor keramik mengalami penurunan karena permintaan dari negara-negara tujuan utama yaitu Eropa Barat dan Amerika Serikat. Padahal sebelum 2008, ekspor ke Eropa mencapai 8% dan Amerika Serikat 15% dari total produksi keramik nasional.

Ketua Umum Asaki Achmad Wijaya mengatakan saat ini komposisi pasar ekspor keramik Indonesia telah bergeser. Tercatat angka ekspor hanya 10% dari total produksi yang didominasi negara Australia dan Srilanka.

Sementara itu, konsumsi domestik mencapai 90% dengan permintaan yang merata di seluruh daerah dalam negeri. "Merata ya seluruh Nusantara dan tidak hanya di Jawa saja," katanya Achmad saat ditemui usai acara pembukaan Renovation & Construction Expo di Hall B, Jakarta Convention Center, Kamis (19/4/2012).

Ia menargetkan pertumbuhan industri keramik tahun ini bisa mencapai 12% atau lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya 8%. Permintaan domestik serta meningkatkan pembangunan properti menjadi faktor pendukung naiknya angka pertumbuhan.

Menurutnya industri keramik merupakan salah satu sektor unggulan untuk menopang Produk Domestik Bruto (GDP) yang mencapai 3 persen. Ia menyebutkan selain menyumbang devisa besar, sektor ini juga bagus dalam penyerapan tenaga kerja langsung ataupun tidak langsung sebanyak tiga juta orang.

"Sektor ini potensial pertumbuhannya karena ditopang sektor properti yang signifikan," katanya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Basis Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan hingga 2010, rata-rata nilai ekspor mencapai USD 20 juta. Meskipun, mengalami penurunan angka ekspor, kata dia, konsumsi domestik saat ini semakin meningkat setiap tahun. Saat ini, Indonesia merupakan negara yang produksi keramik thile peringkat enam terbesar di dunia setelah negara lain seperti Cina, Italia, dan Spanyol.

"Keramik menjadi salah satu handalan dalam kontribusinya terhadap PDB negara kita yang mencapai 3%," sebutnya.

Panggah menerangkan untuk mendukung angka produksi keramik domestik tahun ini dan selanjutnya, Kementerian Perindustrian akan berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta perusahaan seperti PT Perusahaan Gas Negara Tbk, dan Pertamina Gas. Hal ini untuk menjaga jumlah pasokan gas. Karena selama ini produksi keramik dipengaruhi ketersediaan gas.

"Keramik adalah salah satu dari 19 sektor industri yang produksinya tergantung dengan persediaan gas. Sektor lainnya kan ada pupuk kimia, ban, sarung tangan, dan baja. Supply gas kan sering tidak pasti. Makanya kita akan koordinasi dengan kementerian lain dan perusahaan produsen yang saya sebut tadi," ungkapnya. sumber

0 komentar: